“Amenangi jaman edan, ewuh aya ing pambudi. Melu edan ora tahan, yen tan melu anglakoni boya keduman melik, kaliren wekasanipun. Dilalah kersane Allah, sabegja-begjane wong kang lali, luwih begja wong kang eling lan waspada.”

(Mengalami zaman edan, pikiran serba ragu. Jika turut tak akan tahan, sedang tak ikut tak kebagian, berujung kelaparan. Tetapi atas kehendak Allah, seberuntung apapun orang yang lupa, masih lebih beruntung orang yang sadar dan waspada)

~Serat Wedharaga~

Berpedoman pada nasehat di atas, apa yang ada dalam benak anda?

Seberapa lama hidup kita, tidak mungkin bisa hidup abadi seperti halnya apa yang ada dalam cerita para dewa, ada reinkarnasi. Bukan pistol atau pedang yang tajam, tapi waktulah yang akan membunuh kita.

Saya berfikir kelahiran didunia ini hanya untuk menghadapi segala macam ujian yang datang dari Allah. Ya, ujian! Ujian itu menurut guru dan kesadaran pemikiran saya adalah segala macam yang di berikan oleh Allah kepada kita, baik itu berupa kesehatan jasmani, rohani, penyakit jasmani, rohani, rejeki, kemiskinan, kekayaan, karena pada hakekatnya kita dituntut untuk mensyukuri dan menjaga semua itu dengan baik, inilah yang dinamakan ujian kesabaran.

Bagi saya, hidup ini tak lengkap jika standar-standar saja, dalam artian tidak pernah merasakan pahit manis, hitam putihnya hidup, itu kurang greget, hee. Manis? Putih? hidup seseorang dari lahir hingga mati? Nyaman sekali hidup. Saya kira tidak pernah ada kejadian seperti itu. Tapi sekali lagi, hidup itu ujian. Seorang nabipun tidak selamanya memiliki perjalanan hidup yang baik-baik saja, hitam pahit hiduppun pernah dirasakannya. Orang baik saja di gunjing, orang tidak baik ya di olok, begitulah hukum alam.

Kalau ada pilihan, anda memilih jadi siapa?

Bagi saya, menjadi siapapun itu tidak penting. Presiden? Dokter? Arsitektur? Sama saja. Mau penting gemana? Wong hidup ini sudah ada yang ngatur, tinggal kita berjalan sesuai kodrat kita, sesuai kemampuan kita dalam berusaha. Manusia yang mulia adalah manusia yang bisa bermanfaat bagi orang lain, bukan begitu? Jadi presiden, Dokter, Arsitektur tapi kalau tidak bisa bermanfaat? Percuma, sia-sia dong, tidak ada gunanya.

Untuk itu kita harus sadar betul, kebahagiaan yang sesungguhnya bukan dilihat dari apa yang kita terima, tapi dilihat dari apa yang sudah kita berikan semasa hidup kita. Wal hasil, kita dapat menjalankan ujian dengan lancar sampai ke garis finish, legowo, karena kita sudah mensyukuri segala nikmat dari-Nya.

Leave a Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Post Navigation